Akhir Kematian Nabi Palsu Mirza Ghulam Ahmad

Diposting oleh AsaLajE Sabtu, 12 Maret 2011



Tak begitu lama menyeruak di telinga kita sebuah fenomena yang tak hentinya menimbulkan Tanya. Bahkan pemerintah-pun seakan gerah untuk ikut andil dalam penyelesaian masalah. Apakah gerangan fenomena itu…??? Siapa lagi kalo bukan Ahmadiyah. Kelompok agama yang mengaku bagian dari Islam yang mulia namun meyakini adanya rasul yang diutus setelah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sebenarnya di balik berbagai fenomena yang ditimbulkan Jemaah Ahmadiyah akhir – akhir ini, ada sebuah fenomena yang sangat menghentakkan dunia Ahmadiyah dari negeri asalnya yaitu India…Apa gerangan Fenomena tersebut…??? Dari arsip kajian yang disampaikan ustadz kami ‘Abdul Hakim bin ‘Amir Abdat –hafidzahullah- saat beliau berkunjung ke Surabaya pada tanggal 25 Mei 2008, penulis mendapatkan cerita kisah nyata, akhir cerita dari nabi Ahmadiyah…
Adalah Asy-Syaikh Tsana`ullah Al-Amru Tasri seorang ulama muslim dari negeri India yang mengetahui cerita dari Mirza Ghulam Ahmad. Beliau termasuk salah seorang ulama’ yang paling menentang tegas dan keras tentang keberadan nabi palsu ini. Penolakan ini kemudian terdengar di telinga sang nabi palsu tersebut. Maka karena geram, Ghulam Ahmad akhirnya mengeluarkan pernyataan pada tanggal 15 April 1907 yang ditujukan kepada Asy-Syaikh Tsana`ullah.

Pernyataan tegas Ghulam Ahmad tersebut berbunyi,
Engkau selalu menyebutku di majalahmu (‘Ahlu Hadits’) ini sebagai orang terlaknat, pendusta, pembohong, perusak… Maka aku banyak tersakiti olehmu… Maka aku berdoa, jika aku memang pendusta dan pembohong sebagaimana engkau sebutkan tentang aku di majalahmu, maka aku akan binasa di masa hidupmu. Karena aku tahu bahwa umur pendusta dan perusak itu tidak akan panjang… Tapi bila aku bukan pendusta dan pembohong bahkan aku mendapat kemuliaan dalam bentuk bercakap dengan Allah, serta aku adalah Al-Masih yang dijanjikan maka aku berdoa agar kamu tidak selamat dari akibat orang-orang pendusta sesuai dengan sunnatullah.” 

”Aku umumkan bahwa jika engkau tidak mati dan tidak diadzab oleh Allah semasa aku hidup, maka berarti AKU BUKAN RASUL DARI ALLAH

”Aku berdoa kepada Allah, wahai penolongku Yang Maha Melihat, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Berilmu, Yang mengetahui rahasia qalbu, bila aku ini adalah pendusta dan perusak dalam pandangan-Mu dan aku berdusta atas diri-Mu malam dan siang hari, ya Allah, maka matikan aku di masa hidup Ustadz Tsana`ullah. Bahagiakan jamaahnya dengan kematianku –Amin–. Wahai Allah, jika aku benar dan Tsana`ullah di atas kesalahan serta berdusta dalam tuduhannya terhadapku, maka matikan dia di masa hidupku dengan penyakit-penyakit yang membinasakan seperti tha’un dan kolera atau penyakit-penyakit selainnya….Akhirnya, aku berharap dari Ustadz Tsana`ullah untuk menyebarkan pernyataan ini di majalahnya. Kemudian berilah catatan kaki sekehendaknya. Keputusannya sekarang di tangan Allah.”

(kutipan ini dicatat oleh Ash Shamad al Mau’ud pada Tabligh Risalat juz 10 hal. 120)
Apa yang terjadi? Setelah berlalu 13 bulan 10 hari dari waktu itu, justru Ghulam Ahmad yang diserang ajal. Doanya menimpa dirinya sendiri.

Anak Mirza Gulam Ahmad yaitu Basyir Ahmad menceritakan:
Ibuku mengabarkan kepadaku bahwa Ghulam Ahmad pergi ke WC langsung setelah makan, lalu tidur sejenak. Setelah itu dia ke WC lagi. Maka dia pergi ke sana 2 atau 3 kali tanpa memberitahu aku. Kemudian dia bangunkan aku, maka aku melihatnya lemah sekali dan tidak mampu untuk pergi ke ranjangnya. Oleh karenanya, dia duduk di tempat tidurku. Mulailah aku mengusapnya dan memijatnya. Tak lama kemudian, ia pergi lagi ke WC. Namun sekarang ia tidak dapat pergi ke WC, karena itu dia buang hajat di sisi tempat tidur dan ia berbaring sejenak setelah buang hajat. Kelemahan sudah mencapai puncaknya, tapi masih saja hendak buang air besar. Diapun buang hajatnya, lalu dia muntah. Setelah muntah, dia terlentang di atas punggungnya, dan kepalanya menimpa kayu dipan, maka berubahlah keadaannya.”
(termaktub dalam risalah Siratul Mahdi hal. 109 karya Basyir Ahmad)

Mertuanya juga menerangkan:
“Malam ketika sakitnya Mirza Ghulam Ahmad, aku tidur di kamarku. Ketika sakitnya semakin parah, mereka membangunkan aku dan aku melihat rasa sakit yang dia derita. Dia katakan kepadaku, ‘Aku terkena kolera.’ Kemudian tidak bicara lagi setelah itu dengan kata yang jelas, sampai mati pada hari berikutnya setelah jam 10 pagi.”
(termaktub dalam risalah Hayat Nashir Rahim Ghulam Al-Qadiyani hal. 14)

Akhirnya dia mati tanggal 26 Mei 1908.
Sementara Asy-Syaikh Tsana`ullah tetap hidup setelah kematian Mirza Ghulam Ahmad selama hampir 40 tahun. Allah Ta’ala yang maha berkuasa di atas segalanya. Maka terkuak sudah tirai palsu sang pendusta… Wahai pemeluk Ahmadiyah, akankah kau tetap beriman padanya…??? Semoga Allah Ta’ala memberikan petunjuk bagi pemeluk ahmadiyah untuk kembali ke jalan Islam di atas jalan as salafush shalih…

Sumber : Arsip kajian Al Ustadz Abdul Hakim bin ‘Amir Abdat –hafidzahullah-